Laman

Selasa, 30 November 2010

Dasar-Dasar Ilmu

Secara khusus, manusia memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan makhluk atau benda mati lain di bumi ini. Manusia adalah makhluk berfikir yang bijaksana (homo sapiens), manusia sebagai pembuat alat karena sadar keterbatasan inderanya sehingga memerlukan instrumen (homo feber), manusia mampu berbicara (homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo sasious) dan berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo economicus) serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo religious); sedangkan binatang memiliki daya fikir terbatas dan benda mati (anorganis) cenderung tidak memliki perilaku dan tunduk pada hukum alam.
Keunggulan manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab makin menjulang oleh ketekunannya memantau berbagai gejala dan peristiwa seantero alamnya. Konsekuensinya, manusia tidak lagi menemukan kenyataan sebagai sesuatu yang selesai, melainkan sebagai peluang yang membuka berbagai kemungkinan. Bagi manusia, setiap kenyataan mengisyaratkan adanya kemungkinan. Transendensi manusia terhadap kenyataan yang detemuinya sebagai pembuka berbagai kemungkinan itu merupakan kemampuannya yang paling mendasari perkembangan pengetahuannya. Tentu saja tiap pengalaman meninggalkan jejak berupa pengetahuan (knowledge). Pada manusia himpunan pengetahuan tersebut tidak pernah selesai dan memungkinkan adanya penjelajahan lebih lanjut. Penjelejahan yang tak kunjung berakhir inilah yang kemudian meningkatkan pengetahuan manusia sampai pada perwujudannya sebagai ilmu (science).
Penguasaan ilmu tidak lagi menjadikan manusia sekadar makhluk yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya tanpa pilihan. Sebaliknya, penguasaan ilmu menjadikan manusia sanggup melakukan rekayasa terhadap alamnya demi kepentingan hidupnya. Kepentingan itu bukan hanya terkait pada kebutuhan (needs) untuk bertahan hidup, melainkan juga untuk mencapai berbagai keinginan (wants) yang nyaris tanpa batas. Oleh karena berkembangnya ilmu karena adanya kuriositas dan aspek-aspek lain di atas, maka untuk memperkuat analisis sesuatu gejala secara komprehensif, maka diperlukan pemahaman terhadap dasar-dasar ilmu itu sendiri.
2. Definisi Ilmu
Kata “ilmu” merupakan terjemahan dari kata science, yang secara etimologis berasal dari kata latin scinre, artinya to know. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam yang sifatnya kuantitatif dan obyektif. Harold H. Titus mengartikan ilmu (science) sebagai common sense yang diatur dan diorganisasikan, mengadakan pendekatan terhadap benda-benda atau peristiwa-peristiwa dengan menggunakan metode-metode observasi, yang teliti dan kritis. Menurut Prof. Dr. Mohammad Hatta, tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya maupun menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunnya dari dalam.
Prof. Dr. A. Baiquni merumuskan bahwa science merupakan general consensus dari masyarakat yang terdiri dari para scientist. Sedangkan Prof. Drs. Harsojo menyatakan bahwa ilmu itu adalah:
a. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematiskan.
b. Suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia.
c. Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi dan bentuk: “Jika…, maka…!”
Jadi ilmu pada prinsipnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, namun dilanjutkan dengan suatu pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode. Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara obyektif, tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang diperoleh dengan ilmu, diperolehnya melalui observasi, eksperimen, klasifikasi dan analisis. Ilmu itu obyektif dan mengesampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral, dalam arti tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian, karena dimulai dengan fakta, ilmu merupakan milik manusia secara komprehensif.
3. Ontologi
Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu On/ Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, ontologi ialah ilmu yang mebahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Term ontologi pertama kali dipopulerkan oleh Rudolf Goclenius pada 1636 M untuk menamai teori tentang hakikat yang ada yang bersifat metafisis yang dalam perkembangannya dibagi menjadi dua yaitu metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan untuk istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip yang paling dasar dari segala sesuatu yang ada. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi menjadi kosmologi, psikologi dan teologi.
Ontologi merupakan salahsatu di antara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno. Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini?. Pertamakali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Wacana mengenai hakikat sangatlah luas sekali, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat adalah kenyataan sebenarnya sesuatu, bukan kenyataan sementara atau keadaan yang menipu, juga bukan kenyataan yang berubah. Pembahasan mengenai ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda. Ontologi berusaha mencari ultimate reality, yaitu inti yang termuat dalam setiap kenyataan.
Secara substansial, di pemahaman ontologi dapat ditemukan pemikiran-pemikiran sebagai berikut:
3.1 Monoisme
Monoisme yaitu paham yang menganggap bahwa hakikat yang asal dari seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua. Paham ini kemudian terbagi kedalam dua aliran:
a. Materialisme
Materialisme menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani. Aliran ini sering pula disebut dengan naturalisme, namun sebenarnya ada sedikit perbedaan. Dari segi dimensinya, paham ini sering dikaitkan dengan teori atomisme. Pemikiran ini dipelopori oleh Thales (624-546SM), Anaximander (585-528SM) dan Demokritos (460-370SM).
Dalam perkembangannya, paham ini timbul dan tenggelam diwarnai kehidupan filsafat dan agama. Alasan mengapa aliran ini berkembang sehingga memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikaat adalah:
Ø Pada pikiran sederhana, yang kelihatan dan yang dapat diraba dijadikan kebernaran terakhir.
Ø Penemuan-penemuan menunjukkan kebergantungan jiwa pada badan.
Ø Secara historis, manusia memang bergantung pada benda.
b. Idealisme
Idealisme diambil dari kata “Idea”, yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat kenyataan yang beragam itu berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Alasan-alasan aliran ini berpendapat demikian adalah:
Ø Nilai ruh lebih tinggi daripada badan, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia.
Ø Manusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya.
Ø Materi adalah kumpulkan energi yang menmpati ruang.
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui pada ajaran Plato (428-348SM) dengan teori idenya. Menurutnya, seluruh yang ada di alam mesti ada idenya, yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Tokoh-tokoh aliran ini di antaranya Aristoteles (384-322SM), George Berkeley (1685-1753M), Immanuel Kant (1724-1804M), Fichte (1762-1814M), Hegel (1770-1831M) dan Schelling (1775-1854M).
3.2. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat ruhani. Tokoh-tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650M), Benedictus De Spinoza (1632-1677M) dan Gitifried Wilhelm Von Leibniz (1646-1716M).
3.3. Pluralisme
Pluralisme dalam Dictionary of Philosophy and Religion dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam ini tersusun dari banyak unsur, lebih dari satu atau dua entitas. Tokoh-tokoh aliran ini di masa Yunani Kuno adalah Anaxagoras dan Empedocles. Sedang tokoh modernnya William James (1842-1910M).
3.4. Nihilisme
Nihilisme berasal dari Bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Dick Hartoko mendefinisikan nihil=ketiadaan: tak ada sesuatu yang ada, yang benar, yang berharga.
Istilah nihilisme diperkenalkan oleh Ivan Turgeniev. Namun doktrin nihilisme sudah ada pada pandangan Gorgias (483-360SM) yang memberikan 3 proposisi tentang realitas. Pertama, tidak ada sesuatu pun yang eksis. Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, sekalipun realitas dapat diketahui, ia tidak dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh lain aliran ini Friedrich Nietzsche (1844-1900M).
3.5. Agnostisisme
Kata Agnotisisme berasal dari bahasa Grik Agnostos yang berarti Unknown. A artinya not, Gno artinya know. Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda. Menurut Dick Hartoko, Agnotisisme sama dengan skeptisisme menyangkal bahwa hakikat sesuatu dapat diketahui (melawan pengetahuan metafisik), apalagi pengetahuan mengenai adanya Tuhan dan sifat-sifatnya. Agnotisisme hanya menerima pengetahuan inderawi dan empirik. Tidak menerima adanya analogi. Tokoh-tokoh aliran ini adalah Soren Kierkegaard (1813-1855M), Heidegger, Sartre dan Jaspers
4. Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal, indera dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah:
4.1. Metode Induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil obeservasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Menurut Dick Hartoko, induksi berasal dari bahasa latin inducere yang berarti mengantar ke dalam, yang secara sederhana merupakan suatu metode, khusus dalam ilmu alam, yang menuju dan menyimpulkan sebuah hipotesa umum dengan berpangkal pada sejumlah gejala sendiri-sendiri. Tokoh-tokoh teori ini adalah David Hume, Baco d. Verulam dan John Stuart Mill.
4.2. Metode Deduktif
Deduksi adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
4.3. Metode Positivisme
Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Mengenyampingkan segala uraian/persoalan di luar yang ada sebagai fakta. Apa yang diketahui secara positif, adalah segala yang tampak dan segala gejala. Dengan demikian, metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu pengetahuan dibatasi pada bidang gejala-gejala saja. Tokohnya adalah August Comte (1798-1857M).
4.4. Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda harusnya dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi yang dapat diperoleh dengan berkontemplasi. Tokohnya adalah Al-Ghazali.
4.5. Metode Dialektis
Dialektis atau dialektika berasal dari bahasa Yunani Dialektike yang berarti cara/metode berdebat dan berwawancara yang diangkat menjadi sarana dalam memperoleh pengertian yang dilakukan secara bersama-sama mencari kebenaran. Tokohnya adalah Hegel yang dalam dialektika disini berarti mengompromikan hal-hal mengenai tesis, anti tesis dan sintesis.


5. Aksiologi
Aksiologi berasal dari perkataan Axios (Yunani) yang berarti nilai dan Logos yang berarti teori. Jadi aksiologi secara sederhana merupakan teori tentang nilai. Jujun S. Sumantri mengatakan bahwa aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sedangkan menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus, yakni etika. Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan. Ketiga, sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosio politik.
Permasalahan yang utama dalam aksiologi adalah mengenai nilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalah etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normatif. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
Dihadapkan dengan masalah nilai moral dalam ekses ilmu dan teknologi yang bersifat merusak, para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat. Golongan pertama berpendapat bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam penggunaannya haruslah berdaskan nilai-nilai moral. Dari dua pendapat golongan di atas, kelihatannya netralitas ilmu terletak pada epistemologinya saja, artinya tanpa berpihak kepada siapapun, selain kepada kebenaran yang nyata. Sedangkan secara ontologis dan aksiologis, ilmuwan harus mampu menilai mana yang baik dan mana yang buruk, yang pada hakikatnya mengharuskan seorang ilmuwan mempunyai landasan moral yang kuat. Tanpa ini seorang ilmuwan akan lebih merupakan seorang momok yang paling menakutkan.
Oleh karena itu, solusi bagi ilmu yang terikat dengan nilai-nilai adalah harus ada transendensi bahwa ilmu pengetahuan terbuka pada konteknya, dan agamalah yang menjadi konteks itu. Agama mengarahkan ilmu pengetahuan pada tujuan hakikinya, yaitu memahami realitas alam dan memahami eksistensi Allah, agar manusia sadar akan hakikat penciptaan dirinya, dan tidak mengarahkan ilmu pengetahuan “melulu” pada kemudahan-kemudahan material duniawi. M. Saekhan Muchith mencontohkan bahwa dari proses penurunan ayat-ayat Al Quran tentang hukum lebih banyak diturunkan di Madinah yang relatif sudah ada perkembangan peradabannya. Ini berarti mengandung makna bahwa semakin tinggi tingkat perkembangan peradaban manusia harus segera diikuti dengan aturan atau hukum yang bisa menjamin rasa keadilan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa solusi yang diberikan Al Quran terhadap ilmu pengetahuan yang terikat dengan nilai adalah dengan cara mengembalikan ilmu pengetahuan pada jalur semestinya, sehingga ia menjadi berkah dan rahmat kepada manusia dan alam bukan sebaliknya membawa mudharat.

http://zulhamhafid.wordpress.com/2008/06/29/dasar-dasar-ilmu/

Selasa, 19 Oktober 2010

HOMO HOMINI SOCIO

Homo homini socio mempunyai arti bahwa manusia membutuhkan manusia lain, atau mempunyai arti kita sebagai manusia harus bisa bersosialisasi dengan masyarakat, tumbuhan, hewan serta lingkungan sekitar. Sebelum masuk ke dalam penjelasan homo homini socio, mari kita pikirkan definisi dari manusia itu sendiri apa?

Menurut biologis, manusia merupakan golongan mamalia yang otak dan akal yang berkemampuan tinggi. Dalam  agama, manusia merupakan makhluk Allah yang diciptakan untuk beribadah kepadaNya dan menjadi khalifah di bumiNya. Berikut ini definisi manusia menurut wikipedia.

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.

Meskipun banyak spesies berprinsip sosial, membentuk kelompok berdasarkan ikatan / pertalian genetik, perlindungan-diri, atau membagi pengumpulan makanan dan penyalurannya, manusia dibedakan dengan rupa-rupa dan kemajemukan dari adat kebiasaan yang mereka bentuk entah untuk kelangsungan hidup individu atau kelompok dan untuk pengabadian dan perkembangan teknologi, pengetahuan, serta kepercayaan. Identitas kelompok, penerimaan dan dukungan dapat mendesak pengaruh kuat pada tingkah laku individu, tetapi manusia juga unik dalam kemampuannya untuk membentuk dan beradaptasi ke kelompok baru.
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menjelaskan interaksi antar manusia.

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
Menurut wikipedia, kita dapat mendefinisikan bahwa manusia perlu bersosialisasi dengan manusia yang lain sehingga dapat membentuk menjadi berbagai kelompok yang fungsinya dapat memberikan perlindungan dengan yang lain. Maka layaklah kita disebut manusia sosial atau homo homini socio. Berikut ini beberapa definisi homo homini socio dari berbagai sumber.

Definisi Homo Homini Socio 1

Manusia, sudah jelas bahwa manusia yang dimaksud di dunia tidak hidup sendiri, dan tidak akan bisa hidup sendiri. Karena itu manusia juga disebut makhluk sosial, makhluk yang hidup berkelompok. Manusia membutuhkan informasi-informasi untuk mengetahui keadaan kehidupan yang ada, untuk memenuhi kebutuhan hidup dan survive atau juga pertahanan hidup di dunia ini.

Manusia adalah makhluk yang mempunyai aturan-aturan atau peradaban yang berbeda beda di dunia ini, setiap titik tempat pasti mempunyai peraturan yang berbeda beda. Peraturan tersebut dibuat untuk mentertibkan dan menyesuaikan dengan keadaan titik tempat tersebut, dan juga dibuat untuk mentertibkan komunikasi antar manusia.

Bukan baru-baru ini manusia sebagai makhluk sosial, tetapi sudah berabad-abad lamanya, sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, manusia sangat membutuhkasn satu sama lain, karena beberapa alasan, tetapi ada beberapa alasan yang sangat dominan yaitu :

1. Manusia butuh berinteraksi dan bersosialisasi atas dasar kebutuhan pangan, atau jasmaninya.
2. Manusia butuh berinteraksi dan bersosialisasi atas dasar kebutuhan pertahanan diri, atu kita bisa sebut survival, untuk bertahan hidup.
3. Manusia juga sangat membutuhkan interaksi dan sosialisasi atas dasar melangsungkan jenis atau keturunan.

Dari point-point di atas kita bisa melihat dan membayangkan bagaimana manusia sangat membutuhkan satu sama lain. Bukan hanya membutuhkan, tapi masyarakat atau kumpulan manusia yang berinteraksi adalah suatu komponen yang tidak terpisahkan dan sangat ketergantungan. Sehingga komunikasi antar masyarkat dientukan oleh peranan manusia itu sendiri sebagai makhluk sosial.

Globalisasi, adalah perubahan secara besar-besaran atau secara umum meluas. Dalam arus globalisasi yang berkembang sangat cepat ini manusia menjadi makhluk yang sangat mudah meniru dalam arti meniru sesuatu yang ada di masyarakat yang terdiri dari :

1. Manusia mudah meniru atau mengikuti perkembangan kebudayaan-kebudayaan, dimana manusia sangat mudah menerima bentuk-bentuk perkembangan dan pembaruan dari kebudayaan luar, sehingga dalam diri manusia terbentuklah pengetahuan, pengetahuan tentang pembaruan kebudayaan dari luar tersebut.

2. Penghematan tenaga dimana ini adalah merupakan tindakan meniru untuk tidak terlalu menggunakan banyak tenaga dari manusia, sehingga kinerja mnausia dalam masyarakat bisa berjalan secara efektif dan efisien.

Secara umum, keinginan manusia untuk meniru bisa terlihat jelas dalam suatu ikatan kelompok, tetapi hal ini juga kita dapat lihat di dalam kehidupan masyarakat secara luas.Dari gambaran diatas jelas bagaimana manusia itu sendiri membutuhkan sebuah interaksi atau komunikasi untuk membentuk dirinya sendiri malalui proses meniru. Sehingga secara jelas bahwa manusia itu sendiri punya konsep sebagai makhluk sosial.

Yang menjadi ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :

1. Tekanan Emosiaonal. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama lain.
2. Harga diri yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan orang lain karena kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3. Isolasi sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
Sumber : http://dweysocial.blogspot.com/2008/01/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html

Definisi Homo Homini Socio 2
Setiap makhluk tidak bisa hidup sendiri dalam menjalani umurnya di dunia ini, makhluk pertama yang bernama Adam pun melakukan komplain kepada Allah SWT atas kesendirian beliau hingga diciptakanlah makhluk yang bernama Hawa. Begitu juga kita sebagai keturunan Nabi Adam pasti juga demikian, atas kasih sayang Allah SWT terhadap seluruh hamba-Nya di dunia ini maka kita diciptakan berpasang-pasangan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa sebagai bentuk hubungan antar makhluk ciptaan Allah SWT dengan tujuan agar kita saling kenal mengenal. Siapapun anda, sekurang-kurangnya memiliki 100 orang yang dikenal. Setiap orang di sekitar kita pasti berpengaruh kepada kita; baik positif maupun negatif sebagaimana kata Aa’ Gym dalam ceramah beliau: berteman dengan orang yang jual minyak wangi maka kita akan kena wanginya, kalau berteman dengan pande besi maka bau pande besi. Namun bukan berarti kita harus mengesampingkan orang-orang yang berpengaruh buruk dan menghambat perjalanan kita meraih kesuksesan. Sebaliknya, kitalah yang harus memperkuat pengaruh positif agar dapat merubah pengaruh negatif tersebut. Teringat pesan orang tua penulis “Jadilah Muhammad (pen: Nabi Muhammad) yang merubah orang-orang di sekitarnya’, pesan tersebut memiliki makna bahwa kita harus menebarkan kebaikan di manapun, kepada siapa pun dan kapan pun.

Kenapa kita perlu bergaul? Karena kita makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya, binatang yang hanya mengandalkan nafsunya pun memerlukan binatang lainnya dalam dunia kebinatangannya, apalagi manusia yang hidup dengan pikiran, nafsu dan perasaan. Jadi, pergaulan atau yang kita kenal dengan silaturrahmi adalah proses pengembangan akses dan bukan jamannya lagi mengembangkan aset, karena aset pada umumnya ada karena kita memiliki akses sebagai sarana mendapatkan aset seperti sabda Rasulullah: siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaknya dia menyambung tali silaturrahim. (HR. Bukhari). Begitu indah silaturrahim dalam kehidupan ini dan memiliki banyak manfaat sebagai eksistensi kita sebagai manusia, sepengetahuan saya manfaat dari silaturrahim diantaranya.
1) Belajar dari pengalaman orang lain, hal ini sangat penting mengingat waktu kita sangat terbatas untuk mengenyam berbagai pengalaman. Mendengar cerita kesuksesan seseorang dalam menekuni bisnisnya selama 5 tahun, berarti kita telah menghemat waktu yang cukup banyak untuk mendapatkan pengalaman dalam bidang tersebut. Bagaimana jika kita banyak berdialog dengan banyak orang yang memiliki jutaan pengalaman?.
2) Memanfaatkan relasi teman, menurut saya ini metode Multi Level Marketing (MLM), apabila kita punya 10 orang kenalan yang prospektif dan memiliki akses 100 orang yang berpengaruh, maka minimal kita telah memiliki akses 100 orang yang berpengaruh juga.
3) Kekurangan kita tertutup, setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya, semisal anda tidak bisa mengendarai mobil, maka manfaatkanlah teman anda untuk mengendarainya dan manfaatkan dia untuk mengajari anda mengendarai mobil.
4) Pasar yang potensial, bisnis apapun yang kita miliiki, pasar atau komunitas yang pertama kali harus dibidik adalah orang terdekat atau teman. Karena merekalah yang telah mengenal dan mengetahui reputasi kita, sebab membangun kepercayaan pun di tengah-tengah mereka menjadi lebih mudah. 5) P3K, artinya pertolongan pertama pada kecelakaan. Ingat masa di pondok pesantren, orang yang pertama kali tempat kita meminjam uang adalah teman, bukan pak kyai ataupun jasa peminjaman uang. Orang yang pertama kali menolong dikala sakit adalah teman. Dan masih banyak lagi manfaat dari sebuah pergaulan positif dengan relasi kita.

Hubungan antar manusia juga sama seperti kita melakukan investasi uang di bank, jika kita memberikan sesuatu yang positif terhadap orang lain, berarti kita telah menabung ke bank emosi seseorang. Sebaliknya, ketika kita melakukan sesuatu yang negatif kepada seseorang, maka kita seakan-akan menarik uang yang kita tabung hingga minus atau tidak memilki tabungan sama sekali. Seseorang pemimpin tidak harus yang kuat dan hebat, tetapi pemimpin yang mempunyai paling banyak teman atau koneksi.

Sumber : http://id.shvoong.com/social-sciences/1903717-makhluk-sosial/

Definisi Homo Homini Socio 3
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.

Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978:116).

Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George Herbert Mead. Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society (1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap play stage, game sytage, dan tahap generalized other.

Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pada tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus dijalankannya, tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia berinteraksi.

Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.

Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self.
Cooley berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga, kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan

Sumber : http://apadefinisinya.blogspot.com/2009/01/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan.html

Definisi Homo Homini Socio 4
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi.

Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.

Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
Sumber : http://guruit07.blogspot.com/2009/01/pengembangan-manusia-sebagai-makhluk.html

Definisi Homo Homini Socio 5
Pengembangan manusia sebagai makhluk sosial dalam kerangka (bingkai)pendidikan
Tidak dapat disangkal bahwa menurut hakikatnya manusia adalah pribadi, makhluk individu. Tetapi juga tidak dapat disangkal bahwa ia berhubungan dengan makhluk-makhluk lainnya, termasuk manusia lainnya. Ia tidak tinggal dan hidup sendirian saja. Sebaliknya selalu berada bersama dan berhubungan dengan makhluk-makhluk serta orang-orang lainnya.
Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok sebenarnya bukanlah sekedar suatu naluri atau keperluan yang diwariskan secara biologis semata-mata. Akan tetapi dalam kenyataannya manusia berkumpul sampai batas-batas tertentu juga menunjukkan adanya suatu ikatan sosial tertentu. Mereka berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi antar manusia merupakan suatu kebutuhan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Individu yang satu pasti akan membutuhkan individu yang lain, karena seorang individu tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan individu lain. Jadi kehidupan berkelompok merupakan kebutuhan mutlak. Maka timbullah kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama.
Di dalam kehidupan manusia, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga negara masyarakat, dan warga. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu. Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.
Manusia dan masyarakatnya bukan merupakan dua realitas yang asing satu sama lain, yang saling mempengaruhi dari luar, melainkan membentuk horison dinamis dalam hubungan yang dialektis. Keduanya merupakan lapangan kerjasama dengan dorongan dialektis, saling memajukan dan saling memperkembangkan . Untuk itu kemajuan manusia merupakan hasil kerjasama antarmanusia bukan hasil seseorang. Sebagai konsekuensinya, manusia dan masyarakatnya merupakan dua momen itu saling melengkapi atau komplementer.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan, karena Manusia tunduk pada aturan, norma sosial, Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain, Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, “manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok sebenarnya bukanlah sekedar suatu naluri atau keperluan yang diwariskan secara biologis semata-mata. Akan tetapi dalam kenyataannya manusia berkumpul sampai batas-batas tertentu juga menunjukkan adanya suatu ikatan sosial tertentu. Mereka berkumpul dan saling berinteraksi satu sama lain. Interaksi antar manusia merupakan suatu kebutuhan dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Individu yang satu pasti akan membutuhkan individu yang lain, karena seorang individu tidak akan bisa hidup sendiri tanpa bantuan individu lain. Jadi kehidupan berkelompok merupakan kebutuhan mutlak. Maka timbullah kelompok-kelompok sosial (social group) di dalam kehidupan manusia. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama.
Homo Homini Lupus
“Manusia adalah serigala bagi manusia lainnya” atau juga disebut “Homo homini Lupus ” istilah ini pertama kali di kemukakan oleh plautus pada tahun 945,yang artinya sudah lebih dari 1500 tahun dan kita masih belum tersadar juga. di jaman sekarang ini sangat sulit Menjadikan Manusia seperti seorang manusia pada umumnya,sepertinya istilah ini masih tetap berlaku sampai sekarang.

Tidak bisa dipungkiri Hidup di dalam suatu negara sangat di butuhkan sosialisasi karena kita tidak dapat Hidup dengan sendirinya tanpa ada manusia lain.Apalagi seperti keadaan sekarang ini kita Hidup di jaman yang serba susah .Demi mempertahankan hidup itu sendiri kita rela melakukan apa saja Mulai dari yang halal sampai yang Haram, tentunya semua itu kita lakukan  untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih baik.Untuk mewujudkan itu semua memang tidak mudah dimana kita harus menghadapi berbagai konflik yang akan memicu lahirnya sikap saling mangsa Dan disinilah Peran Hati nurani & ego sangat dibutuhkan.
Sumber : http://lifestyle.kompasiana.com/group/urban/2010/07/25/homo-homini-lupus/

Gambaran manusia di jaman sekarang ini sangatlah mengerikan dari segi sikap dan perbuatan terkadang lebih keji dari pada hewan yang paling buas sekalipun,saling sikut,saling berebut saling tikam bahkan saling memangsa layaknya serigala yang buas siap menerkam mangsanya demi sebuah kepuasan (ambisi).

Sebagai contoh yang terjadi di dalam kehidupan kita seperti tindakan kekerasan,mulai dari perkelahian ,pembunuhan,pemerkosaan,serta aksi teror pemboman yang sedang trend di negara kita dan perang dunia yang memungkinkan akan terjadi lagi. Apakah itu disebut manusia ? Tidak. Kenapa tidak? Karena itu semua manusia yang melakukanya dan dilakukan terhadap manusia juga.

Pengakuan sebagai umat beragamapun yang telah patuh terhadap ajaranya kerap kali sebagai alasan tindakan kekerasan bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Banyak pelaku kekerasan seperti tersebut menyatakan ini masalah iman, masalah Tuhan atau masalah kebenaran (kebenaran yang ditafsirkan manusia itu sendiri).

Untuk menghadapi ini semua haruskah kita pun menjadi serigala ? atau hanya diam dan menjadi domba yang berada di tengah-tengah gerombolan para serigala lapar ?

Kesimpulan dari semua ini adalah bahwa homo homini socio dan homo homini lupus secara tidak sadar selalu berada di sisi kita. Suatu ketika kita melihat orang yang tertimpa musibah, hati kita tergerak untuk membantunya, tampaklah homo homini socio dari dalam diri kita. Begitu pula homo homini lupus, ketika kelompok atau geng kita diganggu, maka semuanya maju untuk membela, terjadilah pertempuran antar geng.  Semuanya ada di dalam diri anda. Apakah menjadi manusia yang mempunyai rasa sosial tinggi, atau menjadi manusia yang bertindak anarki seperti serigala?

BERAS+AIR+PANAS=NASI

Dalam satu tandan pisang, tak semua buahnya matang secara serentak. Ada diantaranya yang masih berwarna hijau tua. Maka, sang petani ada kalanya harus menyimpannya kembali beberapa saat menunggu hingga matang semuanya.

Pisang yang telah matang dan pisang yang terlambat matang, kelak akan memiliki rasa yang sama yakni memiliki rasa pisang. Meskipun waktu untuk menjadi matang pada pisang berbeda-beda…

Begitulah kita..tak mungkin semuanya sama. Ada kalanya menurut ukuran kita, suatu masalah dapat diselesaikan hanya dengan beberapa menit saja. Tapi bagi orang lain belum tentu, ia butuh waktu untuk menyelesaikannya. Bahkan belum sampai pada kesempurnaan. Namun pada akhirnya, hasil yang didapatkan tetap dapat dirasakan.

Dalam hidup ini tak seorang pun sempurna pada bingkai kemampuannya. Karena di antara kita memang tidak sama dan serupa, kita dilahirkan berbeda, hidup di lingkungan berbeda, pada kondisi yang berbeda dan segala hal yang berbeda. Yang mesti diingat adalah bahwa setiap orang memiliki kesamaan keinginan dan memiliki hak yang sama dalam mendapat kesempatan, betapapun itu harus dipergilirkan. Karenanya, percuma saja memperdebatkan suatu ketidaksamaan, perbedaan, dan ketidakcocokan dengan orang lain, karena kita tak akan mendapat titik temu.

Sungguh tak ada yang sempurna di antara kita, maka janganlah rendah diri…semua butuh proses menjadi lebih baik…..

Seorang rekan bertanya kepada saya, apa sih yang ingin kamu capai? ,Saya sedikit tertegun dan bingung menjawabnya. Karena jujur saja, banyak sekali keinginan yang belum tercapai, dan keinginan itu semakin lama semakin banyak bermunculan yang akhirnya mengalir dalam setiap gerak saya.Mungkin tidak hanya saya yang mengalami hal seperti ini, dan tanpa kita sadari, kita akan semakin terbawa oleh keinginan-keinginan itu, baik berupa harta maupun kama, dengan sedikit yang mengarah ke dharma dan tujuan akhir yaitu moksa. Dalam konsep hindu percaya bahwa hidup tidak hanya satu kali, bisa berulangkali sesuai dengan karma yang kita dapatkan dari kehidupan kita tedahulu, dan sesungguhnya jiwa(atman) tidak bisa mati, yang mati adalah badan kasar kita, sangatlah salah jika kita hanya mengejar keinginan  yang hanya bisa dinikmati pada kehidupan saat ini.

Hidup adalah suatu proses seperti halnya air dari gunung menuju laut, air dari gunung berasal dari air laut yang menguap menjadi mendung, mendung turun menjadi hujan. Hujan yang  jatuh itulah yang menapaki lereng gunung terus menuju sungai, tidak ada sungai yang alami lurus menuju laut, sungai berliku-liku melalui berbagai daerah terus menuju laut. Proses alam itu berdasarkan hukum Rta yang diciptakan Hyang Widhi

Memahami hidup adalah suatu proses sangat penting untuk membangun sikap hidup yang benar dan tepat guna. Memahami hidup adalah sebuah proses seorang akan bersikap seimbang saat melihat atau berada pada suatu kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kedukaan

Sukhasyanantaran dukhasyanantaran sukham
Cakrajagatah sarwa wartate sthatarajanggaman
(Sloka tantra )

Kedukaan datang setelah kesukaan, kesukaan mengikuti kedukaan, semua mahluk hidup di dunia mengalami perputaran roda suka dan duka ini

Na Prahasyet priyam prapya
No dwijet prapya ca priyam
Sthirabuddhir asammudho
Brahmawid brahmani sthitah
(BG V.20)

Ia yang tidak Kegirangan ketika suka dan tidak bersedih dikala duka
Tetap dalam kebijakan teguh iman mengetahui Brahman, bersatu dalam Brahman

Dimana ada kehidupan, disitu pasti ada permasalahan. Namun, tahukah Kita bahwa di balik setiap masalah terkandung suatu peluang emas dan kesempatan yang besar untuk maju?

Apabila Tuhan ingin menghadiahkan sesuatu yang berharga, bagaimanakah Ia memberikannya kepada Kita? Apakah Ia menyampaikan dalam bentuk suatu kiriman yang indah dalam nampan perak? Tidak! Sebaliknya Tuhan membungkusnya dalam suatu masalah yang pelik, lalu melihat dari jauh apakah Kita sanggup membuka bungkusan yang ruwet itu, dan menemukan isinya yang sangat berharga, bagaikan sebutir mutiara yang mahal harganya yang tersembunyi dalam kulit kerang.''

Pernyataan di atas bukan sekedar kata-kata indah untuk menghibur Kita yang sedang kalut menghadapi suatu masalah. Ini adalah perubahan paradigma dan cara berpikir. Keadaan apa pun yang kita hadapi sebenarnya bersifat netral. Kita lah yang memberikan label positif atau negatif terhadapnya. Peristiwanya sendiri mungkin tidak penting, tapi respon terhadap peristiwa itu adalah segala-galanya.''
Semua kesulitan sesungguhnya merupakan kesempatan bagi jiwa kita untuk tumbuh. Sayang, lebih banyak orang yang menganggap masalah sebagai sesuatu yang harus dihindari. Mereka tak mampu melihat betapa mahalnya mutiara yang terkandung dalam setiap masalah. Ibarat mendaki gunung dalam sebuah tulisan, ada orang yang bertipe Quitters. Mereka mundur teratur dan menolak kesempatan yang diberikan oleh gunung.

Ada orang yang bertipe Campers, yang mendaki sampai ketinggian tertentu kemudian mengakhiri pendakiannya dan mencari tempat yang datar dan nyaman untuk berkemah. Mereka hanya mencapai sedikit kesuksesan tapi sudah merasa puas dengan hal itu.

Tipe ketiga adalah Climbers yaitu orang yang seumur hidupnya melakukan pendakian, dan tak pernah membiarkan apapun menghalangi pendakiannya. Orang seperti ini senantiasa melihat hidup ini sebagai ujian dan tantangan. Ia dapat mencapai puncak gunung karena memiliki mentalitas yang jauh lebih tinggi, mengalahkan tingginya gunung. Orang dengan tipe ini benar-benar meyakini apa yang pernah dikatakan Dag Hammarskjold, ''Jangan pernah mengukur tinggi sebuah gunung sebelum Kita mencapai puncaknya. Karena begitu ada di puncak, Kita akan melihat betapa rendahnya gunung itu.''

Semua masalah sebenarnya adalah rahmat terselubung bagi kita. Mereka ''berjasa'' karena dapat membuat kita lebih baik, lebih arif, lebih bijaksana, dan lebih sabar. Kita baru dapat disebut manajer yang baik kalau Kita mampu memimpin seorang bawahan yang sulit, yang membuat para manajer lain angkat tangan. Kita baru menjadi orang tua yang baik kalau Kita dapat menangani anak yang ! bermasalah, atau pun menantu yang keras kepala, yang melakukan sesuatu melebihi batas kesabaran Kita. Kita baru dapat disebut profesional kalau Kita mampu menangani pelanggan yang cerewet yang sering mengeluh dan banyak maunya. Untuk mencapai kesuksesan Kita perlu memiliki adversity quotient, yaitu kecerdasan dan daya tahan yang tinggi untuk menghadapi masalah.

Kecerdasan tersebut dimulai dari merubah pola pikir dan paradigma Kita sendiri. Mulailah melihat semua masalah yang Kita hadapi sebagai peluang, kesempatan, dan rahmat. Kita akan merasa tertantang, namun tetap mampu menjalani hidup yang tenang dan damai. Berbahagialah jika Kita memiliki masalah. Itu artinya Kita sedang hidup dan berkembang. Justru bila Kita tak punya masalah sama sekali, saya sarankan Kita segera berdoa, ''Ya Tuhan. Apakah Kau tak ! percaya lagi padaku, sehingga Kau tak mempercayakan satu pun kesulitan hidup untuk saya atasi?'' Dengan berdoa demikian Kita tak perlu khawatir. Tuhan amat mengetahui kemampuan kita masing-masing. Ia tak akan pernah memberikan suatu beban yang kita tak sanggup memikulnya.

Vijnanasaratir yastu manah paragrahavan manah
So dhvanah apnoti tad wisnoh paramam padam
(Upanisad sloka 9)

Ia yang mengerti, seperti  kusir atas keretanya dan menguasai kendali atas pikirannya, dia akan mencapai akhir dari perjalanan, tempat bersemayam Yang Maha Tinggi

Kita ditantang untuk bekerja tanpa mengenal lelah agar dapat meraih keunggulan dalam pekerjaan kita. Tak semua orang terpanggil untuk menekuni pekerjaan profesional atau spesialisasi; bahkan lebih sedikit lagi yang naik ke tingkat kejeniusan dalam seni dan ilmu; banyak yang menjadi pekerja di pabrik,ladang, dan jalanan. Tapi, tak ada pekerjaan yang tak berarti. Semua pekerjaan yang mengangkat kemanusiaan itu memiliki martabat dan kepentingan, dan harus dilaksanakan dengan keunggulan yang sungguh-sungguh.

Kalau seseorang menjadi penyapu jalan, ia semestinya menyapu seperti Michaelangelo melukis atau Beethoven menggubah musik, atau Shakespeare menulis syair. Ia semestinya menyapu jalan begitu baik sehingga semua penghuni langit dan bumi sejenak berhenti untuk berkata, " Di sini hidup seorang penyapu jalan yang hebat, yang melakukan pekerjaannya dengan baik. " Begitu juga sebagai karyawan atau petambak, jika kita jalani dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan, niscaya keberhasilanpun akan semakin mendekat, kebahagiaanpun tidak akan jauh.

Dimana ada kehidupan, disitu pasti ada permasalahan. Namun, tahukah Kita bahwa di balik setiap masalah terkandung suatu peluang emas dan kesempatan yang besar untuk maju, tergantung bagaimana kita menyikapi, dan bagaimana kita mensyukurinya.

Memang terkadang rasa ketidakpuasan, dan besarnya keinginan bisa menjadi motivasi untuk selalu mendapatkan yang lebih, namun ketidakpuasan atau keinginan yang berlebihpun bisa menjadi jurang penghancur perjalanan hidup kita. Sering kita mengeluh, dengan yang kita dapatkan atau apa yang kita capai, dan hal itulah yang menjauhkan kita dari rasa bersyukur

Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur. Pertama, kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah Anda sudah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang baik. Tapi Anda masih merasa kurang.
Pusatkanlah perhatian Anda pada sifat-sifat baik atasan, pasangan, dan orang-orang di sekitar Anda. Mereka akan menjadi lebih menyenangkan. Seorang pengarang pernah mengatakan, ''Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi.'' Ini perwujudan rasa syukur.

Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.
Hidup akan lebih bahagia kalau kita dapat menikmati apa yang kita miliki. Karena itu bersyukur merupakan kualitas hati yang tertinggi Ada cerita menarik dari seorang rekan  yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga ia berhenti mengeluh dan mulai bersyukur. Bagaimana dengan kita ??
 

http://www.kmhdi.org/index.php?app=artikel&page=read&id=20

Minggu, 10 Oktober 2010

WE KNOW NOTHING

Manusia hidup perlu belajar. Sepert kata pepatah " "belajar lah sampai ke negeri cina". menurut saya ini adalah sesuatu yg benar. karena manusia mulai dilahirkan sudah mulai belajar entah disadari atau tidak. seorang bayi yg baru lahir sudah mulai belajar untuk mengenali lingkungannya. Mengenali yang mana Ayah dan Ibu nya. Lebih besar lagi dia belajar untuk bicara, merangkak, berjalan dan akhirnya bisa berlari. Mungkin secara harfiah kita belajar lewat sekolah. Melalui pendidikan formal. tapi diluar itu masih banyak hal yang membuat kita belajar. disaat kita mendapat kesuksesan kita juga belajar. belajar agar bisa mensyukuri apa yang telah kita raih dan akan membuat kita menjadi lebih rendah hati. disaat kita gagal kita juga belajar. belajar agar kita bisa bangkit lagi dan berusaha lebih keras lagi agar dapat tercapai yang kita inginkan. baik yang kaya dan yang miskin mestinya bisa belajar. yang kaya belajar untuk berbagi kepada sesama agar merasakan bagaimana susahnya mendapatkan sesuatu. bukan berarti menghambur-hamburkan kekayaannya tiada arti karena merupakan warisan dari orang yg sudah belajar dalam mendapatkan sesuatu. si miskin juga harus belajar. dia harus belajar untuk berusaha keras meski hidupnya susah. bukan berarti hanya meminta-minta dan mengandalkan belas kasihan dari orang untuk hidup.

dari urutan fase hidup kita dari kecil, remaja, menikah, punya anak dan tua semuanya memerlukan pembelajaran. pada saat kita menikah kita belajar untuk membina rumah tangga yang baik dan harmonis. untuk laki-laki harus belajar menjadi suami yang baik dan perempuan belajar menjadi istri yang baik. ketika mempunyai anak maka belajarlah menjadi orang tua yang baik bagi anaknya. agar anaknya bisa menjadi anak yg baik. anak yang bisa mulai belajar seperti orang tuanya dulu. ketika tua pun kita mesti harus belajar. belajar bagaimana agar kita nanti jika saatnya harus meninggalkan dunia ini, sudah punya bekal yg cukup (meski hal ini mestinya juga harus dipelajari mulai kita akil baligh). sudah menjalani hidup yang berarti. dan akan sangat mulia sekali jika nama kita masih dikenang orang mesti kita tiada (dikenang dalam kebaikan). untuk itu jangan pernah ada kata selesai untuk terus belajar. agar kita hidup menjadi manusia yang berarti.
http://hendriagustiawan.blogspot.com/2009/10/manusia-hidup-untuk-belajar.html


Dalam al - quran atau hadist juga dijelaskan bahwa " tuntutlah ilmu dari mulai lahir sampai liang kubur " , dari keterangnan di atas sudah jelas tidak ada alasan bahwa manusia itu malas untuk mencari ilmu dan di manapun itu berada karena ada keterangan lagi bahwa " Tuntutlah ilmu sampai negeri cina " walaupun itu merupakan sebuah kiasan ke cina , tapi bukan berarti tidak boleh kenegara lain karena ilmu itu ada di mana - mana.


Kemulian Ilmu dalam Al Quran
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam kitabNya yang mulia tentang ilmu dan macam-macamnya, suatu kali dalam bentuk pujian yaitu ketika menyebutkan tentang ilmu yang bermanfaat, suatu kali dalam bentuk celaan ketika menyebutkan tentang ilmu yang tidak berguna. Contoh untuk bentuk yang pertama yaitu dalam bentuk pujian:Orang yang berilmu berbeda dari orang tidak berilmu dalam segala aspek kehidupan.Allah swt memuji orang-orang berilmu dalan firmanNya mulia,“Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS. Az Zumar: 9).Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada RasuNya Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam atau kepada orang-orang yang mengikuti petunjuknya untuk bertanya kepada umat manusia seluruhnya, apakah sama orang-orang yang memiliki ilmu dengan orang-orang yang tidak memiliki ilmu; baik dalam keyakinan, perbuatan dan perkataannya, maupun amal ibadahnya, tindak-tanduk dan perilakunya serta tutur bicaranya, jelas jawabannya tentu tidak sama, fakta sendiri membuktikan orang yang berilmu sangat berbeda kehidupan dan perilakunya dengan orang-orang yang tidak berilmu.Sebagai contoh orang yang berilmu tentang keesaan Allah, sesungguhnya orang yang beri lmu tentang keesaan Allah, ia akan mengikhlaskan seluruh ibadahnya untuk Allah semata, karena Allah itu Maha Esa dalam segala penciptaan dan perbuatan-Nya, dalam segala nama dan sifat-sifat-Nya, tidak seorang pun yang mampu meniru ciptaan Allah, dan tidak seorang pun yang memiliki sifat seperti sifat Allah, oleh sebab itu Allah mengharamkan menyembah kepada selain-Nya, karena Allah itu Maha Sempurna dalam segala ciptaan dan Maha Sempurna dalam segala sifat-sifat-Nya, maka selain Allah adalah makhluk yang tidak lepas dari segala kekurangan dan kelemahan, maka makhluk itu tidak berhak untuk disembah karena ia tidak ikut andil sedikit pun dalam mengatur kehidupan alam ini, bahkan ia sendiri dibawah kekuasan Sang Maha Kuasa, ia tidak mampu untuk memberikan manfaat untuk dirinya sendiri apalagi untuk orang lain, begitu juga ia tidak mampu menolak bencana dan bahaya serta penyakit dari dirinya sendiri bagaimana pula ia akan mampu untuk menolak bahaya dan bencana dari selainnya.Orang yang berilmu juga sangat berbeda dalam hal perbuatan, sikap dan tindak tanduk sehari-hari. Dirinya maupun manusia lain serta alam semesta selamat dari kerusakan dan kejelekan perbuatannya, ia akan menjauhi sikap merusak, karena ilmu yang dimilikinya menuntunnya ke arah yang benar, ia tidak mau berbuat kerusakan karena yang akan menanggung akibat dari sikap merusak itu adalah dirinya sendiri, ia tidak akan melakukan penipuan, pengkhianatan, dan lain sebagainya dari berbagai macam tindakan moral dan anggota tubuhnya.Orang yang berilmu lidahnya akan selamat dari sikap suka bohong, bergunjing serta adu domba, dan lain sebagainya dari perbuatan lidah. Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya,“Apakah orang-orang yang suka melakukan bermacam kejahatan itu mengira bahwa kami akan memperlakukan mereka sebagaimana memperlakukan orang-orang yang beriman dan beramal saleh?, (apakah mereka mengira bahwa) kehidupan dan kematian mereka sama!, betapa jeleknya prasangkaan mereka”. (QS. Al Jatsiyah: 2).Bahkan hewan sekalipun berbeda antara yang memiliki ilmu dengan yang tidak memilikinya, oleh sebab itu Allah menghalalkan buruan yang ditangkap oleh binatang yang terdidik. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah,“Mereka bertanya kepadamu, apa yang dihalakan untuk mereka, katakanlah; dihalalkan untuk kalian yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang yang telah kamu ajar untuk berburu, menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu”. (QS. Al Maaidah: 4).Allah mengangkat orang-orang yang berilmu sebagai saksi bahwa tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah semata.Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang berilmu dalam firman-Nya yang mulia,“Allah bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga) menegakkan (persaksian itu) dengan adil”. (QS. Ali Imran: 18).Keutamaan-keutamaan yang tersimpul dalam ayat ini untuk orang-orang yang berilmu terdapat dalam bentuk-bentuk berikut ini:
  1. Dari segi materi persaksian; yaitu kalimat tauhid, adalah kalimat yang sangat agung, kalimat dengan tujuan untuk merealisasikannya, diciptakannya jin dan manusia, kalimat yang menjadi pembeda antara mukmin dan kafir, antara penghuni surga dan neraka.
  2. Dari segi tingkat persaksian; yaitu digandengnya persaksian orang-orang yang berilmu dengan persaksian Allah dan para malaikat-Nya.
  3. Dari segi sifat persaksian, yaitu persaksian yang sangat adil, keadilan yang utama sekali yang wajib ditegakkan, adalah keadilan terhadap hak Allah, yaitu tidak memberikan sesuatu yang menjadi hak Allah kepada selain Allah, ibadah adalah hak Allah semata, yang tidak boleh di berikan kepada selain Allah.
sumber :http://www.facebook.com/notes/bila-qalbu-berbicara/titian-dalam-menuntut-ilmu/134820423201146

 Maka dari itu manusia tidak boleh merasa puas dalam belajar dan mencari ilmu. Ilmu sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia. Menjadi manusia yang cerdas dan bertatakrama.

Senin, 27 September 2010

pengertian ilmu sosial dasar

 Nama : Marwan Walady Setiaki
NPM: 14110252
Kelas: 1KA16

Ilmu social dasar adalah ilmu pengetahuan yang menelaah masalah – masalah sosial yang timbul dan berkembang, khususnya yang diwujudkan oleh warga Indonesia dengan menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu social.
a.       Sekilas tentang ilmu – ilmu sosial, ilmu pengetahuan sosial dan ilmu – ilmu sosial dasar.
telah kita ketahuai bahwa sumber dari semua ilmu adalah di filsafat / filosofi, baik ilmu – ilmu alam maupun ilmu – ilmu social ditilik dari pengembangannya bermula dari ilmu filsafat.
b.      Pengertian masalah social
Pengertian masalah social ada 2, yaitu :
·         Warga umum
Segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan umum adalah masalah social.
·         Menurut ahli masalah social
Suatu kondisi atau perkambangan yang berwujud dalam masyarakat yang mempunyai sifat yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap kehidupan warga masyarakat secara keseluruhan.
Contohnya : pedagang kaki lima di kota –kota besar.
c.       Tujuan ilmu sosial dasar :
·         Memahami dan menyadari adanya kenyataan-kenyataan sosial dan masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat.
·         Membantu perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian warga Indonesia agar memperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas.
·      
·    
·     Peka terhadap masalah-masalah sosial dan tanggap untuk ikut serta dalam usaha menanggulanginya.
·         Menyadari bahwa setiap masalah yang timbul dalam masyarakat selalu bersifat kompleks.
d.      Pengertian ilmu social dasar di perguruan tinggi
Ilmu social dasar adalah salah satu mata kuliah softskill yang merupakan mata kuliah yang wajib diberikan di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Mata kuliah ini menitik beratkan pada usaha untuk mengembangkan kepribadian para mahasiswa, berbeda dengan mata kuliah bantu adalah yang bertujuan untuk menopang keahlian dalam disiplin ilmunya.