Laman

Minggu, 10 Oktober 2010

WE KNOW NOTHING

Manusia hidup perlu belajar. Sepert kata pepatah " "belajar lah sampai ke negeri cina". menurut saya ini adalah sesuatu yg benar. karena manusia mulai dilahirkan sudah mulai belajar entah disadari atau tidak. seorang bayi yg baru lahir sudah mulai belajar untuk mengenali lingkungannya. Mengenali yang mana Ayah dan Ibu nya. Lebih besar lagi dia belajar untuk bicara, merangkak, berjalan dan akhirnya bisa berlari. Mungkin secara harfiah kita belajar lewat sekolah. Melalui pendidikan formal. tapi diluar itu masih banyak hal yang membuat kita belajar. disaat kita mendapat kesuksesan kita juga belajar. belajar agar bisa mensyukuri apa yang telah kita raih dan akan membuat kita menjadi lebih rendah hati. disaat kita gagal kita juga belajar. belajar agar kita bisa bangkit lagi dan berusaha lebih keras lagi agar dapat tercapai yang kita inginkan. baik yang kaya dan yang miskin mestinya bisa belajar. yang kaya belajar untuk berbagi kepada sesama agar merasakan bagaimana susahnya mendapatkan sesuatu. bukan berarti menghambur-hamburkan kekayaannya tiada arti karena merupakan warisan dari orang yg sudah belajar dalam mendapatkan sesuatu. si miskin juga harus belajar. dia harus belajar untuk berusaha keras meski hidupnya susah. bukan berarti hanya meminta-minta dan mengandalkan belas kasihan dari orang untuk hidup.

dari urutan fase hidup kita dari kecil, remaja, menikah, punya anak dan tua semuanya memerlukan pembelajaran. pada saat kita menikah kita belajar untuk membina rumah tangga yang baik dan harmonis. untuk laki-laki harus belajar menjadi suami yang baik dan perempuan belajar menjadi istri yang baik. ketika mempunyai anak maka belajarlah menjadi orang tua yang baik bagi anaknya. agar anaknya bisa menjadi anak yg baik. anak yang bisa mulai belajar seperti orang tuanya dulu. ketika tua pun kita mesti harus belajar. belajar bagaimana agar kita nanti jika saatnya harus meninggalkan dunia ini, sudah punya bekal yg cukup (meski hal ini mestinya juga harus dipelajari mulai kita akil baligh). sudah menjalani hidup yang berarti. dan akan sangat mulia sekali jika nama kita masih dikenang orang mesti kita tiada (dikenang dalam kebaikan). untuk itu jangan pernah ada kata selesai untuk terus belajar. agar kita hidup menjadi manusia yang berarti.
http://hendriagustiawan.blogspot.com/2009/10/manusia-hidup-untuk-belajar.html


Dalam al - quran atau hadist juga dijelaskan bahwa " tuntutlah ilmu dari mulai lahir sampai liang kubur " , dari keterangnan di atas sudah jelas tidak ada alasan bahwa manusia itu malas untuk mencari ilmu dan di manapun itu berada karena ada keterangan lagi bahwa " Tuntutlah ilmu sampai negeri cina " walaupun itu merupakan sebuah kiasan ke cina , tapi bukan berarti tidak boleh kenegara lain karena ilmu itu ada di mana - mana.


Kemulian Ilmu dalam Al Quran
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam kitabNya yang mulia tentang ilmu dan macam-macamnya, suatu kali dalam bentuk pujian yaitu ketika menyebutkan tentang ilmu yang bermanfaat, suatu kali dalam bentuk celaan ketika menyebutkan tentang ilmu yang tidak berguna. Contoh untuk bentuk yang pertama yaitu dalam bentuk pujian:Orang yang berilmu berbeda dari orang tidak berilmu dalam segala aspek kehidupan.Allah swt memuji orang-orang berilmu dalan firmanNya mulia,“Katakanlah (wahai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui”. (QS. Az Zumar: 9).Dalam ayat ini Allah memerintahkan kepada RasuNya Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam atau kepada orang-orang yang mengikuti petunjuknya untuk bertanya kepada umat manusia seluruhnya, apakah sama orang-orang yang memiliki ilmu dengan orang-orang yang tidak memiliki ilmu; baik dalam keyakinan, perbuatan dan perkataannya, maupun amal ibadahnya, tindak-tanduk dan perilakunya serta tutur bicaranya, jelas jawabannya tentu tidak sama, fakta sendiri membuktikan orang yang berilmu sangat berbeda kehidupan dan perilakunya dengan orang-orang yang tidak berilmu.Sebagai contoh orang yang berilmu tentang keesaan Allah, sesungguhnya orang yang beri lmu tentang keesaan Allah, ia akan mengikhlaskan seluruh ibadahnya untuk Allah semata, karena Allah itu Maha Esa dalam segala penciptaan dan perbuatan-Nya, dalam segala nama dan sifat-sifat-Nya, tidak seorang pun yang mampu meniru ciptaan Allah, dan tidak seorang pun yang memiliki sifat seperti sifat Allah, oleh sebab itu Allah mengharamkan menyembah kepada selain-Nya, karena Allah itu Maha Sempurna dalam segala ciptaan dan Maha Sempurna dalam segala sifat-sifat-Nya, maka selain Allah adalah makhluk yang tidak lepas dari segala kekurangan dan kelemahan, maka makhluk itu tidak berhak untuk disembah karena ia tidak ikut andil sedikit pun dalam mengatur kehidupan alam ini, bahkan ia sendiri dibawah kekuasan Sang Maha Kuasa, ia tidak mampu untuk memberikan manfaat untuk dirinya sendiri apalagi untuk orang lain, begitu juga ia tidak mampu menolak bencana dan bahaya serta penyakit dari dirinya sendiri bagaimana pula ia akan mampu untuk menolak bahaya dan bencana dari selainnya.Orang yang berilmu juga sangat berbeda dalam hal perbuatan, sikap dan tindak tanduk sehari-hari. Dirinya maupun manusia lain serta alam semesta selamat dari kerusakan dan kejelekan perbuatannya, ia akan menjauhi sikap merusak, karena ilmu yang dimilikinya menuntunnya ke arah yang benar, ia tidak mau berbuat kerusakan karena yang akan menanggung akibat dari sikap merusak itu adalah dirinya sendiri, ia tidak akan melakukan penipuan, pengkhianatan, dan lain sebagainya dari berbagai macam tindakan moral dan anggota tubuhnya.Orang yang berilmu lidahnya akan selamat dari sikap suka bohong, bergunjing serta adu domba, dan lain sebagainya dari perbuatan lidah. Oleh sebab itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam firman-Nya,“Apakah orang-orang yang suka melakukan bermacam kejahatan itu mengira bahwa kami akan memperlakukan mereka sebagaimana memperlakukan orang-orang yang beriman dan beramal saleh?, (apakah mereka mengira bahwa) kehidupan dan kematian mereka sama!, betapa jeleknya prasangkaan mereka”. (QS. Al Jatsiyah: 2).Bahkan hewan sekalipun berbeda antara yang memiliki ilmu dengan yang tidak memilikinya, oleh sebab itu Allah menghalalkan buruan yang ditangkap oleh binatang yang terdidik. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah,“Mereka bertanya kepadamu, apa yang dihalakan untuk mereka, katakanlah; dihalalkan untuk kalian yang baik-baik dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang yang telah kamu ajar untuk berburu, menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, maka makanlah dari apa yang ditangkapnya untukmu”. (QS. Al Maaidah: 4).Allah mengangkat orang-orang yang berilmu sebagai saksi bahwa tiada yang berhak diibadahi kecuali Allah semata.Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang berilmu dalam firman-Nya yang mulia,“Allah bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga) menegakkan (persaksian itu) dengan adil”. (QS. Ali Imran: 18).Keutamaan-keutamaan yang tersimpul dalam ayat ini untuk orang-orang yang berilmu terdapat dalam bentuk-bentuk berikut ini:
  1. Dari segi materi persaksian; yaitu kalimat tauhid, adalah kalimat yang sangat agung, kalimat dengan tujuan untuk merealisasikannya, diciptakannya jin dan manusia, kalimat yang menjadi pembeda antara mukmin dan kafir, antara penghuni surga dan neraka.
  2. Dari segi tingkat persaksian; yaitu digandengnya persaksian orang-orang yang berilmu dengan persaksian Allah dan para malaikat-Nya.
  3. Dari segi sifat persaksian, yaitu persaksian yang sangat adil, keadilan yang utama sekali yang wajib ditegakkan, adalah keadilan terhadap hak Allah, yaitu tidak memberikan sesuatu yang menjadi hak Allah kepada selain Allah, ibadah adalah hak Allah semata, yang tidak boleh di berikan kepada selain Allah.
sumber :http://www.facebook.com/notes/bila-qalbu-berbicara/titian-dalam-menuntut-ilmu/134820423201146

 Maka dari itu manusia tidak boleh merasa puas dalam belajar dan mencari ilmu. Ilmu sangat dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia. Menjadi manusia yang cerdas dan bertatakrama.